Para seminaris dari Seminari Wacana Bhakti Jakarta angkatan 30 mengadakan ziarah ke Gua Maria Bukit Kanada, Rangkasbitung, Rabu, 3/4. Kegiatan ini juga melibatkan orang tua para seminaris. "Bersama Bunda untuk Setia" menjadi tema yang diusung oleh para seminaris dan orang tua untuk belajar menyerupai Bunda Maria. Tema ini diangkat agar para seminaris belajar
– Wisata rohani menjadi satu pilihan bagi umat Katolik untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Ada berbagai pilihan tempat wisata rohani Katolik yang biasanya dijadikan destinasi wisata rohani. Sebetulnya, semua tempat wisata rohani merupakan tempat yang disediakan khusus untuk berdoa. Namun, ada tempat-tempat tertentu yang membuat orang lebih nyaman untuk berdoa di sana. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang memilih untuk datang ke suatu tempat wisata rohani Katolik. Entah itu karena situasi tempat rohani tersebut, kemudahan akses menuju ke sana, atau juga secara pribadi seseorang merasa punya ikatan intuitif dengan tempat wisata rohani tertentu. Berdasarkan pantauan setidaknya ada 7 tempat wisata rohani Katolik di Indonesia yang biasanya menjadi pilihan pertama bagi para peziarah lokal untuk berdoa. 1. Gua Maria Sendangsono Gua Maria Sendangsono terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Gua Maria Sendangsono berada di wilayah Paroki St Maria Lourdes di Promasan, barat laut Yogyakarta. Gua Maria yang memiliki nama Gua Maria Lourdes ini ramai dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia pada bulan Mei dan bulan Oktober. Selain berdoa, pada umumnya para peziarah mengambil air dari sumber air yang ada di sana. Mereka percaya bahwa air tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Foto instagram/ 2. Gua Maria Sendang Sriningsih Gua Maria Sendang Sriningsih terletak di dusun Jali, desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman. Perjalanan menuju ke Sendang Sriningsih sangatlah mudah dijangkau baik dari Yogyakarta maupun dari Solo. Bagi pengunjung dari Yogyakarta sesampainya di Prambanan bisa naik angkutan kecil sampai di Pasar Menggah dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik ojek sampai dusun Jali Gereja St Maria Marganingsih Jali. Bagi pengunjung dari arah Solo jika menggunakan angkutan umum dapat dari Terminal Klaten menuju Pasar Menggah. Yang menarik sekaligus unik dari Gua Maria Sriningsih ini adalah trek Jalan Salibnya. Para peziarah dapat melakukan Jalan Salib ke puncak Bukit Golgota sebelum sampai ke Gua Maria. Foto / Daniel Antonius Kristanto 3. Gua Maria Sawer Rahmat Gua Maria Sawer Rahmat Kuningan terletak di Cisantana, Cigugur, Kuningan Jawa Barat. Secara administratif, gua Maria ini berada di wilayah Paroki Kristus Raja Cigugur. Namun, letaknya lebih dekat ke Gereja Stasi Maria Putri Murni Sejati Cisantana. Bagi peziarah yang ingin berziarah ke sana, bisa mengecek jadwal Misa di Gereja Cisantana atau pusat paroki untuk menghadiri Misa. Gua Maria Sawer Rahmat juga menyediakan area untuk menginap. Meski tempat menginap ini bersifat semi terbuka, namun tersedia spon untuk istirahat dengan nyaman. Jadi bagi peziarah yang ingin menginap, ada tempat nyaman di sana. Bahkan tersedia dapur untuk memasak. Foto 4. Gua Maria Bukit Kanada Rangkasbitung Gua Maria Rangkasbitung terletak di daerah Jatimulya, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Untuk peziarah dari Jakarta, kamu dapat menjangkau tempat ziarah ini dengan menggunakan jasa transportasi Commuter line/kereta api dalam kota. Setelah tiba di Stasiun Rangkasbitung, stasiun paling akhir, kamu menumpang angkutan umum sekitar 15 menit. Masyarakat di sana sudah sangat familiar dengan tempat ziarah ini jadi mudah untuk bertanya mereka tentang jalur ke sagua yang berada di kawasan Paroki St Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung. Gua Maria ini mempunya lahan yang sangat luas di bagian depan untuk parkir kendaraan atau untuk kegiatan bersama, bila kamu datang ke sana dalam jumlah banyak. Ada pendopo-pendopo kecil juga untuk beristirahat. Foto 5. Gua Maria Puh Sarang Gua Maria Puh Sarang atau sering ditulis juga dengan aksen Gua Maria Pohsarang ini terletak di kompleks Gereja Pohsarang, Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur. Gua Maria yang memilih nama gua Maria Lourdes ini berada di wilayah Paroki Paroki St Vincentius a Paulo Semen. Gua Maria ini memiliki rute Jalan Salib yang sangat luas dengan ornamen Jalan Salib yang berukuran besar dan unik. Peziarah dapat melakukan Jalan Salib dengan suasana yang sangat hening dan sejuk. Seperti di lokasi wisata rohani lainnya, di jalan masuk menuju Gua Maria ini terdapat para penjual benda-benda rohani. Dan jangan heran kalau para penjual sekaligus pengrajin Rosario dan patung di sana adalah sesama kita umat Islam. Foto Gua Maria Lourdes Puhsarang Kediri 6. Gua Maria Palasari Gua Maria Palasari adalah sebuah gua Maria yang terletak di wilayah Paroki Hati Kudus Palasari, Bali. Untuk mencapai gua Maria ini, kamu tinggal mencari jalan menuju Paroki Palasari yang cukup terkenal di daerah Bali. Letak Gua Maria berada persis di saming pastoran paroki. Gua Maria ini menjadi unik karena berada di atas ketinggian. Di sisi kiri gua Maria terdapat pemandangan yang sangat bagus. Itu membuat suasana di sekitar gua tersebut sangat sejuk. Foyo fb/omkpalasari 7. Graha Bunda Maria Annai Velangkanni Graha Bunda Maria Annai Velangkanni terletak di Tanjung Selamat, Medan-Tuntungan, Sumatera Utara. Banyak peziarah lokal yang menjadikan tempat ini sebagai destinasi rohani karena memiliki ornamen yang unik nan menawan. Graha Maria Annai Velangkanni didedikasikan kepada Bunda Maria yang dikenal di India sebagai Annai Velangkanni Arokia Matha, Our Lady of Good Health Bunda Penyembuh. Foto Graha berarti rumah atau tempat suci atau kuil dalam bahasa Sanskrit. Dibangun pada 2005, tempat wisata rohani Katolik ini terletak di pinggiran kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia.Memasukibulan ke-12 di tahun ini, nggak hanya perayaan tahun baru aja yang dinanti-nantikan. Nama/Pelindung Santa Maria Tak Bernoda Buku Paroki Sejak tahun 1988 Alamat Jalan Multatuli Nomor 38 Rangkasbitung 42311 – Banten Telepon 0252 201652 Pastor Paroki RD. Andreas Bramantyo Pastor Vikaris RD. Yohanes Anggi Witono Hadi Sebelum tahun 1929 daerah Banten hanya dapat dikunjungi oleh Pastor-pastor Yesuit dari Jakarta secara berkala. Tetapi tidak selamanya para Pastor Yesuit itu mengunjungi daerah Banten, yang pada permulaannya memang agak unik dan istimewa. Tak lama kemudian para Pastor Fransiskan pun hadir di bumi pertiwi Indonesia. Oleh karena itu, Vikaris Jendral Jakarta mempercayakan daerah Banten itu kepada “Para Pendekar” Gereja, yang berjubah coklat-coklat tua itu. Kemudian Pater HH. Lunter OFM mengawali karya baktinya dengan mengadakan kunjungan bulanan. Lama kelamaan kunjungan bulanan itu diganti dengan menetapnya Pastor pertama di daerah Banten Rangkasbitung, yaitu Pater HH. Lunter OFM, sejak tanggal 12 Oktober 1933. Di situlah Pater HH. Lunter OFM, berhasil bertemu dan berjuang bersama suster-suster Fransiskus Misionaris Maria FMM. Para suster FMM itu kemudian menjalin kerjasama dengan “Persatuan Pengusaha Perkebunan Lebak”, dengan menyelenggarakan sebuah Rumah Sakit yang mungil dan sederhana, namun sanggup melayani pengobatan bagi penduduk Lebak Rangkasbitung dan sekitarnya. Sebenarnya Rumah Sakit itu telah didirikan oleh Para Pengusaha Perkebunan Lebak di Banten Tengah/Selatan. Atas kerjasama yang baik antara Pastor dan Suster dengan Tuan van Leeuwen, maka didirikanlah sebuar Gereja kecil Kapel di Rangkasbitung. Kapel tersebut diberkati oleh Pater Provinsial Caminada, yaitu dua hari setelah beliau meletakkan batu pertama Biara Suster-suster Klaris di Cicurug, tanggal 19 Desember 1933. Setelah Pater HH. Lunter OFM berkarya di Banten, beliau diganti oleh Pater YC. Heitkönig OFM, kemudian diganti lagi oleh Pater FJH. Teepe OFM, dan menyusul Pater AAG. Cremers OFM. Semenjak Pater HH. Lunter OFM berkarya mulailah bermunculan stasi kecil, sayangnya saat itu tidak dimulainya karya baru guna melayani rakyat Rangkasbitung, selain Karya Kesehatan hingga meletusnya Perang Dunia II. Saat itu memang masih berlaku Peraturan Pemerintah Kolonial yang menghalangi Pastor-pastor memasuki beberapa daerah pedalaman demi Orde en Rust, yaitu takut akan menimbulkan huru-hara akibat kedatangan para Pastor maupun pendeta di daerah pedalaman. Mereka diberi izin sebatas melayani dan mengunjungi umatnya sendiri. Faktor penghambat lainnya adalah masalah bahasa dan kebangsaan untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Selain hambatan diatas, muncullah hambatan lain di jaman penjajahan Jepang. Pada jaman Jepang itu, Pater AAG. Cremers OFM dan Pater Van der Hoogen dari Serang bersama para Suster asal Belanda dan Belgia ditahan di dalam Kamp tahanan perang di Cimahi dan Baros. Atas usaha Mgr. W. Willehem SJ, maka satu-satunya Suster, yaitu Suster Waldeburga FMM berkebangsaan Jerman, dan dua Suster Ursulin berkebangsaan Indonesia Jawa tidak diinternir. Sehingga mereka dapat meneruskan karya bhaktinya di Rumah Sakit Lebak Rangkasbitung. Jerman merupakan sekutu Jepang, sehingga ada dispensasi bagi orang berkebangsaan Jerman. Demikian pula para “Pendekar Berjubah Coklat”, selama berada di Kamp tahanan perang, para Pastor Yesuitlah yang sedikit banyak berkorban mengunjungi Umat Katolik di Rangkasbitung, yang saat itu juga mulai banyak bermunculan. Setelah Jepang menyerah dan perang berakhir, maka para Suster Belanda, dan Pater AAG. Cremers OFM kembali pulang ke Rangkasbitung. Kalau kita melihat ke “dalam” bahwa Pater AAG. Cremers OFM itu menjadi “kurban” dari semangat nasionalisme para pemuda yang berkobar-kobar, yang pada saat itu belum mengenal peranan dan tugas seorang Pastor. Semula disangka seorang Pastor juga ikut memihak di bidang politik, selain menangani di bidang rohani bagi umatnya di wilayah Banten, sehingga Pater AAG. Cremers OFM itu ditangkap dan dikabarkan dalam bahaya besar. Tetapi berkat jasa dokter Adjidarmo seorang Muslim, maka Pater AAG. Cremers bersama Pater Van der Hoogen OFM dari Serang berhasil diselamatkan hidupnya. Semula mereka dikabarkan telah meninggal dunia, sehingga Pater RJ. Koesnen OFM ditempatkan di Rangkasbitung sebagai pengganti Pater AAG. Cremers OFM. Tetapi, pada kenyataannya Pater AAG. Cremers dan Pater Van der Hoogen OFM itu muncul kembali dan mereka dalam keadaan sehat. Suasana di Rangkasbitung tetap “panas” sampai timbul lagi keadaan yang membahayakan, terutama bagi para Suster. Para Suster itu walaupun tidak mau meninggalkan Rangkasbitung, mereka juga “diamankan” dan dibawa ke Jakarta. Walaupun dengan perundingan yang cukup lama, akhirnya para Suster FFM itu akhirnya diizinkan pulang ke Rangkasbitung. Ketika mereka berada di garis Demarkasi antara tentara Belanda dan Tentara Pemuda Indonesia telah menunggu kedatangan mereka. Setelah masa perjuangan fisik usai, maka Pater RJ. Koesnen OFM yang mulai bertugas di Rangkasbitung sejak tersiarnya berita meninggalnya Pater AAG. Cremers OFM, tetap bertugas di Rangkasbitung yang kemudian diganti oleh Pater A. Schnijder OFM. Karya Pendidikan Di masa karya pelayanan Pater A. Schnijder OFM inilah maka Yayasan Mardi Yuana mulai bergerak untuk membantu bidang pendidikan bagi bangsa yang merdeka. Tanpa memandang agama dan latar belakang yang saling berbeda, Perguruan Mardi Yuana membantu masyarakat di Karesidenan Banten untuk memperoleh pendidikan. Selain mendirikan TK, SD, dan SMP di Serang, di Rangkasbitung didirikan pula TK, SD, dan SMP secara bertahap. Bahkan sampai ke pelosok-pelosok daerah Banten, yaitu Cisalak Baru, Cikadu, Cikareo, Cikotok, Sanghiyang Damar, dan Labuan. Di Rangkasbitung pun ada Rumah Perawatan, sebagaimana di Sindanglaya yang bernama Asrama Santo Yusup, yaitu Asrama “Seri Kedjora”. Kedua Asrama tersebut ada pengurusnya sendiri dan tidak ada saling ketergantungan sama lain. Pengurus Asrama “Seri Kedjora” ditangani oleh Pater A. Schnijder OFM. Menurut data Paroki, yang tertanggal 30 September 1952 Asrama “Seri Kedjora” itu merawat dan membina maupun mendidik 11 anak yatim piatu. Pada saat itu Rumah Perawatan “Seri Kedjora” tidak memusat pada organisasi Yayasan Yatna Yuana, yang berkedudukan di Sukabumi. Tepat tanggal 25 Juli 1956 pengurus Asrama ” Seri Kedjora” itu dialihkan kepada Pater Vermeulen OFM. Dan pada tanggal 4 April 1959 Asrama itu dihuni oleh 38 anak. Lama kelamaan Asrama “Seri Kedjora” tersebut berubah fungsinya, yaitu untuk mengasramakan siswa-siswa Sekolah Mardi Yuana yang rumahnya jauh dari kota Rangkasbitung. Adapun Asrama “Seri Kedjora” Bertujuan mengajar dan mendidik putera-puteri warga Indonesia agar menjadi orang yang baik, berguna bagi masyarakat. Dasarnya Pancasila Syarat penerimaan – tidak lebih muda dari 7 tahun – tidak lebih tua dari 15 tahun – berbadan sehat – dan berkelakuan baik Uang asrama dapat berdamai Akhirnya, karena kurangnya dana, maupun tidak ada pengurus yang sanggup menangani, maka Asrama “Seri Kedjora” dibubarkan pada pertengahan tahun 1983. Perlu dicatat bahwa Asrama “Seri Kedjora” itu juga sebagai tempat tinggal Pastor Paroki beserta Pater pembantunya. Kecuali itu, beberapa siswa yang pernah menikmati kebaikan dan perhatian Pater Vermeulen OFM, kini sedang mengalami penggodokan dan penggemblengan di Seminari Tinggi untuk mempersiapkan diri menjadi Pastor. Peran para Pastor diatas tidaklah kecil dalam memberikan sumbangsihnya terhadap keberadaan Paroki Ini. Berikut ini di uraikan beberapa pastor yang pernah dan sedang berkarya di Paroki sebelah ujung barat Pulau Jawa ini. 1. Pastor HH. Lunter, OFM. 2. Pastor YC. Heitkonig, OFM. 3. Pastor FJH. Teepe, OFM. 4. Pastor AAG. Cremers, OFM. 5. Pastor WAJ. Kohler, OFM. 6. Pastor H. Van der Hoogen, OFM. 7. Pastor M. Ismael Hardjowardjojo, OFM. 8. Pastor Yos Wahyo Sudibyo, OFM. 9. Pastor RJ Koesnen, OFM. 10. Pastor Agustinus Schnijder, OFM. 11. Pastor JC. Postma, OFM. 12. Pastor OFM. 13. Mgr. OFM. 14. Pastor Rd. Mas CS. Tjipto Kusumo, Pr. 15. Pastor AG. Yacobus, OFM. 16. Pastor A. Sutono Wiriosuwarno, OFM. 17. Pastor TH. GY. Ruijs, OFM. 18. Pastor CS. Tjiptokusumo, OFM. 19. Pastor TH. Koopmann, OFM. 20. Pastor C. Van der Berg, OFM. 21. Pastor Vicente Kunrath, OFM. 22. Pastor HV. Genuchten, OFM. 23. Pastor P. Dupont, OFM. 24. Pastor Frans Sutono, OFM. 25. Pastor W. Hofsteede, OFM 26. Pastor J. Demmrs, OFM. 27. Pastor St. Danuwidjojo, Pr. 28. Pastor D. Parto Sudarmo, OFM. 29. Pastor Felix Teguh Suwarno, Pr. 30. Pastor Yoseph Hardjono, Pr. 31. Pastor Benyamin Sudarto, Pr. 32. Pastor Tarsisius Suyoto, Pr. 33. Pastor St. Sumardiyo, Pr. 34. Pastor Frans Mulyadi, Pr. 35. Pastor Fabianus S. Heatubun, Pr. 36. Pastor Markus Lukas, Pr. 37. Pastor YM. Ridwan Amo, Pr. 38. Pastor Paulus Haruno, Pr. 39. Pastor Ch. Tri Harsono, Pr. 40. Pastor Albertus Simbul Gaib, Pr. 41. Pastor AHY. Sudarto, Pr. Gua Maria Bukit Kanada Pada pesta Santa Maria Bunda Allah 1 Januari 1987, Paus Yohanes Paulus II mengumumkan untuk pertama kalinya tentang Tahun Maria. Hal tersebut ditegaskan kembali dalam Surat Gembala Paus atau Enslik Redemtoris Mater, tepatnya pada tanggal 25 Maret 1987 pada Pesta Maria menerima kabar dari Malaekat Gabriel. Tahun Maria terhitung sejak hari Pantekosta sampai dengan Hari Raya Maria Diangkat ke Surga. Inti Surat Gembala itulah yang memberikan motivasi kepada seluruh umat untuk merenungkan peran Maria sebagai Bunda Allah, Bunda Gereja, dan Bunda Penyelamat. Hal ini terlihat nyata dalam Devosi umat Katolik kepada Bunda Maria. Umat Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung menanggapi ajakan Bapa Suci maupun Bapa Uskup dengan caranya sendiri yang sangat simpatik. Dengan kemauan yang keras untuk mempersembahkan Gua Maria ditengah-tengah Suku Badui, maka Monumen yang hadir di Paroki ini merupakan sejarah sejarah tersendiri yang tak ternilai harganya, Berkat upaya Pastor Paroki dan Pastor Pembantu saat itu Romo B. Sudarto Pr dan Romo Sumardiyo, Pr, maka Bapak Uskup pun saat itu Mgr. Ign. Harsono, Pr. merestui tekad itu. Panitia Pembangunan Gua Maria PPMG yang terbentuk bulan Februari 1988 mulai mewujudkan harga nyatanya yang memperoleh dukungan dari Pimpinan Konggregasi Suster-suster Fransiscanes Sukabumi di Rangkasbitung. Dukungan yang di berikan adalah berupa sebidang tanah yang sekomplek dengan SPK Misi Lebak Rangkasbitung dan dianggap memenuhi syarat sebagai Gua Maria. Pada tanggal 1 Mei 1988 Pastor Paroki meletakan batu pertama sebagai langkah awal pembangunan Gua Maria. Pembangunan Gua Maria itu selesai tepat pada tanggal 15 Agustus 1988, yaitu Hari Raya Maria diangkat ke Surga, bertepatan dengan penutupan Tahun Maria. Gua Maria ini di berkati oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr. yang sekaligus menjadikan tempat ini sebagai tempat ziarah pertama di Keuskupan Bogor, tanah Banten. Mengingat Gua Maria ini terletak di Desa Jatimulya, Kampung Narimbang Dalam, maka Romo St. Sumardiyo, Pr. memberi nama Gua Maria Bukit Kanada, yang merupakan akronim dari kampong Narimbang Dalam. Sebuah nama yang indah di atas segala nama Gua atau tempat Ziarah lainnya di bumi persada tercinta ini. Sebuah kenangan manis yang penuh sejarah dan tercipta atas usaha keras serta kehendak yang kuat dari Umat Paroki Rangkasbitung di era 1987 1988. Keadaan Paroki Saat Ini. Umat Paroki Rangkasbitung yang berdasarkan Buku Permandian telah berusia 65 tahun pada tanggal 8 Agustus 1998 memiliki umat yang sebagian besar merupakan warga pendatang. Di tengah-tengah suku asli Banten, yaitu suku Badui, berdasarkan statistic tahun 1997 Paroki Rangkasbitung memiliki umat yang terdiri atas umat pendatang asal DIY, Jawa Tengah, Sumatera, Flores, dan sebagian lagi warga keturunan warga Tionghoa. Pertumbuhan umatnya memang terbilang sangat kecil. Dalam kurun waktu satu tahun saja, maka rata-rata pertumbuhannya mencapai 10 sampai 20 orang baptisan baru dewasa/remaja. Sekalipun terbilang kecil, namun dalam hal keorganisasian serta kegiatan menggereja, umat Paroki Rangkasbitung ini tidak mau ketinggalan dengan Paroki-Paroki lainnya. Beberapa kegiatan Paroki yang telah terlaksana dan terdapat dalam wadah organisasi misalnya saja, Bidang Sosial Ekonomi yang telah berupaya dalam APP, membentuk, mengkoordinir, serta membina unit Koperasi Paroki serta yang berada di lingkungan-lingkungan, dan bantuan pelayanan bagi pencari kerja maupun tertimpa musibah. Bidang Pastoral yang menitikberatkan pelayanan rohani yang berupa kegiatan Liturgi, Pewartaan, maupun pelayanan-pelayanan lainnya. Bidang Pendidikan dan Pembinaan Kader yang telah membina generasi muda Remaja Katolik/Mudika dan mendorong terbentuknya Pemuda Katolik yang hingga kini telah terdaftar di Kantor Sospol maupun di DPD KNPI Kabupaten Lebak. Jadwal Misa Kudus Harian Pukul WIB Jumat I Pukul Sabtu Pukul Minggu Pukul Cikotok Komplek Perumahan Tambang Mas Bpk. Tukimin Cikotok, Banten. Setiap Minggu ke II WIB Teluk Lada tba Parung Panjang Setiap Minggu Pertama WIB Labuan Setiap Minggu Ke III Pukul WIB Maja Setiap Minggu ke IV WIB Gua Maria Bukit Kanada tergantung peziarah
JadwalMisaMisa Harian Yakobus dan KTG Jam 06:00 Misa Mingguan SabtuYakobus: 17:00KTG: 17:00 (+YouTube) MingguKTG: 07:30Yakobus 09:00 (+YouTube)KTG: 10:00Yakobus: 11:00 Misa Tematik Jumat Pertama jam 12:00 Yakobus: Misa Jumat Pertama KTG: Misa Tenaga Kesehatan Setiap Jumat jam 18:00 di KTG Misa Jumat Pertama Misa Arwah: Jumat ke-2 & 5 Misa
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Selesai bertandang ke Museum Multatuli, kami mulai merasa lapar dan akhirnya mampir ke sebuah resto Bebek masih di pusat kota Rangkasbitung. Perjalanan kemudian dilanjut ke tempat wisata religi yang namanya keren yaitu Gua Maria Bukit masuk lokasi Gua Maria ini menjadi satu dengan Akademi Keperawatan Yatna Yuana Lebak, sehingga pada awalnya kami merasa ragu untuk masuk. Begitu melewati tempat parkit dan bertanya kepada seorang lelaki yang ada di sana, baru ditunjukkan arah ke Gua Maria, yaitu belok ke kiri sedikit beberapa puluh meter. Sore itu, suasana di Kompleks Gua Maria sangat sepi. Di tempat parkir sama sekali tidak ada pengunjung yang lain. Pintu Gerbang Dokpri "Gua Maria Bukit Kanada," demikian tertulis pada pintu gerbang kecil yang terbuat ari beton dengan motif batang pohon berwarna coklat muda. Tulisannya sendiri terbuat dari kuningan. Di balik pintu gerbang ada jalan yang terbuat dari konblok namun sedang direnovasi dan nantinya akan diubah menjadi beton. Suasana sejuk karena habis hujan masih sangat mendominasi. Sebenarnya jalan dengan konblok lebih bersahabat karena bisa menyerap air,Kami berjalan menyusuri jalan ini dan kemudian belok ke kiri mengikuti petunjuk lalu tiba di sebuah pos sekuriti. Tidak diperlukan tiket masuk untuk berwisata maupun berziarah ke tempat ini. Bagi yang mau mengisi buku tamu juga dipersilahkan, seandainya tidak mau mengisi juga tidak diwajibkan, demikian kira-kira pesan yang disampaikan petugas sekuriti tersebut."Bukit Kanada merupakan singkatan Bunda Kita Kampung Narimbang Dalam," demikian sekedar informasi yang didapat dari petugas tadi sekaligus menjawab rasa penasaran yang sempat membuncah selama dalam perjalanan. Nama Kanada seakan-akan memiliki hubungan dengan sebuah negara di sebelah utara Amerika Serikat. Agrowisata Dokpri Kami terus berjalan menyusuri jalan campuran konblok dan beton. Dan di sebelah kiri ada pintu gerbang dengan tulisan Kawasan Agro Wisata Gua Maria Bukit Kanada. Di bawahnya ada juga rincian tulisan seperti Saung Mawar, Taman Kelinci, Toko Rohani, Kolam Ikan Koi, Rumah Kompos, Tanaman Hias, Budidaya Ikan, dan Kebun Sayur. Sebuah kolam tampak di balik pintu gerbang ini. Namun sesuai petunjuk jalan kami belok kanan mengikuti arah ke Gua Maria, Grotto Kebangkitan, dan Kapel. Patung Bunda Maria di bawah pohon beringin Dokpri Tidak lama kemudian, kami sampai di sebuah patung Bunda Maria yang sedang memanggul tubuh Yesus. Lokasinya persis berada di sebuah pohon beringin raksasa dengan akar-akarnya yang bergelantungan. Suasana yang sangat alami dan tenang membuat kami merasa nyaman di tempat ini. Sepi dan tidak ada siapa-siapa. Sebuah papan peringatan bertuliskan "Harap Tenang, Dilarang makan dan minum di lokasi Goa Maria." 1 2 3 Lihat Trip Selengkapnya Menurutnya ada 10 KK di Panggang, Kemiri yang mengikuti misa Natal di Gua Maria Tritis. Meskipun mereka harus menemuk jarak 4,5 kilometer, namun, hal itu tidak menyurutkan niat mereka untuk mengikuti misa. Misa Natal di gua Maria Tritis dipimpin oleh Romo Bambang Ponco Santoso. Dalam ceramahnya, pria yang akrab disapa Romo Ponco tersebutLebak - Di Rangkasbitung, Lebak terdapat destinasi wisata religi yang buka 24 jam. Tempat itu bernama Gua Maria Bukit Kanada GMBK, lokasinya sekitar 3 kilometer dari Alun-alun 'Bukit Kanada' merupakan singkatan dari Bunda Kita Kampung Narimbang Dalam. Artinya, nama gua itu menunjukkan lokasi gua ini yang dihimpun, Gua Maria dibangun oleh umat Paroki Rangkasbitung dengan bantuan pimpinan Kongregasi Suster-suster Fransiscan Sukabumi yang tinggal di Rangkasbitung tahun 1988. Awal mulanya, gua difungsikan untuk tempat beribadah umat Katolik. Seiring berjalannya waktu, GMBK juga menjadi salah satu destinasi religi di Rangkasbitung. Salah satu umat Katolik, Frans mengatakan, berada di GMBK membuat dirinya lebih khusyuk ketika berdoa. Terlebih didukung dengan tempat yang sejuk dan hening karena dikelilingi pohon-pohon besar dan taman bunga. Sehingga menciptakan rasa nyaman bagi umat yang beribadah."GMBK salah satu Gua Maria terdekat di Jabodetabek. Biasanya saya berdoa malam hari, lebih khidmat, mendekatkan diri dengan Tuhan berdevosi melalui Bunda Maria," ujar Frans kepada detikcom, Minggu 20/2/2022.Gua Maria Rangkasbitung. Foto Fathul Rizkoh/detikcomKata Frans, pada awal pembangunan gua tidak sebesar sekarang. Saat itu hanya ada bangunan tua, Gua Maria, dan Kapel Santa Maria Lourdes. Sekarang, ada Grotto Kebangkitan, Aula Santo Yosef, jalan Salib besar dan kecil dengan 14 rute jalan salib besar, pengunjung harus naik-turun tangga melalui hutan. Tidak perlu khawatir tersasar, sebab hanya perlu mengikuti jalan poving blok yang sudah disediakan. Estimasi waktu mengelilingi jalur ini sekitar 30 hingga 45 rute jalan salib kecil, pengunjung tidak perlu naik-turun tangga. Rute ini tepat di depan Grotto Kebangkitan. Estimasi waktu mengelilingi jalur ini sekitar 10 menit."Tidak diwajibkan semua harus ke jalur panjang, yang mau saja. Kalau memang kondisinya tidak kuat jalan, boleh menggunakan jalur pendek. Yah, lansia yang sudah tidak bisa berjalan jauh bisa pilih jalur pendek saja," Maria Rangkasbitung. Foto Fathul Rizkoh/detikcomLalu, bagaimana jika hendak mengunjungi GMBK? Berikut rute Menggunakan KeretaStasiun Rangkasbitung menyediakan kereta rel listrik KRL jurusan Jakarta dengan rute perjalanan Tanah Abang-Rangkasbitung. Waktu tempuh perjalanan dari Tanah Abang ke Rangkasbitung sekitar 2 itu, stasiun ini juga menyediakan KA Lokal dengan rute perjalanan Merak-Rangkasbitung. Waktu tempuh perjalanan dari Merak ke Rangkasbitung sekitar 2 Angkutan Umum/ Ojek OnlineSesampainya di Stasiun Rangkasbitung, pengunjung harus berjalan kaki terlebih dahulu ke jalan Sunan Kalijaga atau arah Pasar Rangkasbitung melalui parkiran stasiun. Di ujung jalan, pilih angkot tujuan Narimbang dan berhenti di naik angkot, pilihan ojek online juga tersedia. Hanya perlu memasukan alamat GMBK di kolom lokasi tujuan, tunggu sebentar dan pengunjung akan langsung diantar oleh Kendaraan PribadiJika menggunakan kendaraan mobil, sekarang tersedia akses Tol Serang-Panimbang keluar melalui pintu Tol Rangkasbitung. Setelah itu, ambil jalur menuju Jalan Ahmad Yani, kemudian jalan Soekarno-Hatta dan menuju kampung Narimbang Dalam. Jika ingin lebih mudah, keluar pintu tol bisa langsung membuka google maps. Simak Video "Viral Ribuan KIP Tersegel Ditemukan di Tempat Rongsok Rangkasbitung" [GambasVideo 20detik] pin/pinGerejaSanta Maria Regina - Paroki Bintaro Jaya. sekretariat@parokisanmare.or.id. 021-745 9715, 745 9726. Ziarah BIR ke Gua Bukit Kanada - Indahnya Kebersamaan dalam Ziarah. Warta - No 17 - 28 April 2019 Jadwal Misa. Senin-Sabtu : 06.00 WIB Jumat Pertama : 06.00, 12.00, 19.30 WIB
Per Mariam ad Jesum Dalam tradisi agama Katolik, keberadaan gua Maria punya sejarah panjang. Bunda Maria beberapa kali menampakan diri pada orang-orang terpilih. Penampakan yang paling terkenal adalah penampakan Bunda Maria kepada Bernadette Soubirous di Gua Massabielle =Batu Besar, di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes, Perancis pada tahun 1858. Ketika Bernadette berjumpa dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang, yang di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat di gua Massabielle, Bernadette menanyakan nama wanita itu. Kemudian wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa Occitan bahasa yang dipakai di bagian selatan Perancis “Que soy era Immaculado Councepciou!” “Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa” Di kemudian hari, gua tersebut menjadi tempat ziarah paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian menjadi inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas Katolik setempat. Dari situ muncullah tempat ziarah gua Maria di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia yang salah satunya adalah Gua Maria Bukit KaNaDa Rangkasbitung. Suatu Kerinduan Berawal dari ajakan Paus Yohanes Paulus II, ketika mengumandangkan tahun Maria pada Pesta Santa Maria Bunda Allah tanggal 1 Januari 1987, umat Paroki Santa Maria Tak Bernoda ikut ambil bagian dalam rangka merefleksikan diri dan dalam rangka menyambut Tahun Maria, dengan bertekad bulat dan berkemauan keras mempersembahkan kepada Tuhan dan kepada BundaNya suatu kenangan monument rohani, yaitu Gua Maria. Harapannya dengan adanya Gua Maria, umat semakin akrab dalam berkomunikasi dengan Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria. Per Mariam ad Jesum. Perwujudan Gua Maria itu didukung oleh kerinduan hati umat untuk menghadirkan Bunda Maria di tengah-tengah hidup dan kehidupan mereka – maklum kebanyakan dari warga paroki berasal dari daerah yang kebetulan tidak jauh dari tempat ziarah seperti Sendangsono ataupun Sriningsih. Diharapkan bahwa Gua Maria itu dapat memenuhi harapan umat beriman dalam rangka mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih kepada Tuhan melalui Bunda Maria. Awal Perjuangan Atas kesepakatan bersama, maka dimulailah perjuangan umat paroki untuk mewujudkan cita-cita mereka, yaitu menghadirkan sebuah rumah bagi Bunda Maria dengan membangun Gua Maria. Tidak ada bayangan sama sekali mengenai lokasi bangunan, dana dan persetujuan dari Bapak Uskup Bogor waktu itu, Mgr. Ignatius Harsono alm.. Namun berkat usaha pendekatan yang dilakukan oleh para pastor yang berkarya di Paroki Santa Maria Tak Bernoda waktu itu –RD. Benyamin Sudarto dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP – serta dukungan berupa doa dari segenap umat, akhirnya Bapak Uskup Mgr. Ignatius Harsono merestui dan mendukung usaha umat paroki untuk membuat Gua Maria, walaupun saat itu umat belum memiliki apa-apa, kecuali tekad dan kemauan untuk membangun Gua Maria. Setelah mendapat restu dari Bapak Uskup, langkah selanjutnya adalah membentuk Panitia Pembangunan Gua Maria PPGM yang diketuai oleh Sr. Gerarda, SFS, wakilnya Bapak Jacobus Laba, sekretaris Bapak Albertus Seman, Seksi Pembangunan Bapak Yoseph Sakino Tjahjadi. Dengan terbentuknya PPGM, maka dimulailah perjuangan umat untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membangun Gua Maria. Pihak panitia mulai mengadakan pendekatan dengan Ketua Dewan Paroki maupun dengan Pimpinan Konggregasi Suster Fransikanes Sukabumi SFS. Akhirnya diperoleh suatu persetujuan untuk dapat menggunakan sebagian tanah yang dikelola oleh para Suster SFS di Rangkasbitung. Tanah tersebut terletak di Kampung Narimbang Desa Jatimulya, satu komplek dengan Sekeloah Perawat Kesehatan Misi Lebak sekarang AKPER Yatna Yuana Lebak, yang dianggap terbaik untuk lokasi Gua Maria. Selain izin yang diperoleh dari Pimpinan Suster Fransiskanes Sukabumi, Panitia juga mengusahakan Izin Mendirikan Bangunan IMB. Dengan bermodalkan izin dari Bapak Uskup, Pimpinan Suster SFS, Izin Mendirikan Bangunan yang diperoleh, serta sedikit dana, maka PPGM mulai melangkah lebih maju ke arah kegiatan pembangunan. Pembangunan Dimulai Sebelum pembangunan dimulai, Panitia mengadakan survey lokasi, merancang bangunan Gua Maria, kapel dan jalan Salib dengan bantuan Bapak Yakobus Ngadinun umat Paroki Kristus Raja Serang, serta mulai diadakan pengumpulan dana baik dari warga paroki melalui kotak sumbangan suka rela yang diletakkan di Gereja, maupun dari donatur luar Paroki. Untuk menciptakan suatu gua yang bernuansa alami, maka dipilihlah bahan struktur gua dari batu karang. Batu karang tersebut dikirim dari Pantai Carita Labuan oleh Bapak Yakobus Ngadinun Model patung Bunda Maria yang digunakan saat ini adalah Patung Maria Lourdes yang berasal dari sumbangan seorang donatur pemilik Rumah Makan Ayam Bulungan Jakarta atas usaha Bapak Almarhum Andrie Mamonto. Setelah patung Bunda Maria berada di tengah umat paroki, maka hati segenap umat terus terpanggil untuk segera mengambil bagian aktif dalam mewujudkan niat dan program panitia. Spontanitas umat tak dapat terkira, sehingga tak jarang pihak panitia merasa rikuh bila tidak menyediakan makanan kecil dan minuman. Panitia juga membuat jadwal kerja bakti yang melibatkan semua lingkungan. Di dalam kerja bakti itulah terlihat kerjasama dan persatuan yang akrab antara gembala’ dan domba’. Awal mula peletakan batu pertama hanya dengan modal 1 sak semen dari Ibu Tan Bie Kiem alm – Toko Berkah pada awal bulan Maria, tanggal 1 Mei 1988. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Pastor Paroki, RD. Benyamin Sudarto, kemudian disusul berturut-turut oleh; Sr. M Gerarda, SFS, Bpk. Jacobus Laba, Bpk. Albertus Seman P, Sr. Aloysia, SFS, dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP. Melalui kerja sama yang baik dan kerja keras dari semua pihak, maka pembangunan fisik Gua Maria mulai berjalan sesuai dengan apa yang diprogramkan oleh panitia juga didukung dengan doa dari para warga paroki. Selain tukang sebagai tenaga trampil yang dibayar, para umat yang dikerahkan oleh lingkungan masing-masing dalam kerja bakti selama 17 minggu telah kelihatan wujudnya. Pembangunan Gua Maria akhirnya dapat terwujud akhir bulan Juni 1988, menyusul pembangunan kapel sebagai sarana untuk Perayaan Ekaristi bagi para peziarah. Pembangunan kapel selesai pada bulan Juli 1988. Layaknya Gua Maria pada umumnya yang dilengkapi dengan sarana jalan salib, maka Panitia Pembangunan juga memprogramkan pembangunan sarana jalan salib yang akan melintasi lokasi Gua Maria. Pembangunan fisik Gua Maria dan Kapel memang belum sempurna, namun hal ini tidak mengurangi niat umat untuk terus mewujudkan cita-cita mereka. Peranan para Muda-Mudi Katolik Mudika Rangkasbitung Mudika sekarang bernama OMK – Orang Muda Katolik Rangkasbitung dalam pembangungan Gua Maria tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebelum dan ketika Gua Maria dibangun, Mudika St. Yoseph nama Mudika waktu itu terlibat aktif dalam pengumpulan dana untuk pembangunan Gua Maria dengan antara lain dengan berjualan makanan. Sejak peletakan batu pertama, Mudika pun terlibat aktif dalam pembangunan Gua Maria. Bukan hanya itu saja, setelah Gua Maria selesai dibangun, Mudika juga juga melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar, antara lain dengan melakukan pertandingan volley di lapangan yang saat ini menjadi lapangan parkir Gua Maria. Ketika situasi keamaan saat itu kurang kondusif, Mudika secara bergilir berjaga, melakukan ronda di Gua Maria. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ketika bulan peziarahan berlangsung Mei dan Oktober, Mudika melakukan pencatatan tentang jumlah para peziarah, mencatat nomor kendaran serta melaporkan kepada aparat terkait. Nama Gua Maria Nama yang diambil untuk Gua Maria yang berada di wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda ini adalah Gua Maria “Bukit Kanada”. Bukit Merupakan tempat yang umumnya digunakan untuk pertemuan manusia dengan Allah. Hal ini terjadi baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Maka, diharapkan pengalaman tersebut juga dialami oleh para peziarah yang datang ke Gua Maria ini. Kanada Nama ini memang mirip dengan nama sebuah negara di benua Amerika. Sebenarnya nama KANADA tersebut hendak menunjukkan lokasi Gua Maria, yang memang terletak di KAmpung NArimbang DAlam di Rangkasbitung, Desa Jatimulya, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Tempat ziarah Gua Maria “Bukit Kanada” juga dilengkapi dengan ruang doa atau meditasi agar umat yang hendak menyampaikan intensi khusus kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria dapat berdoa dengan lebih tenang. Gua Maria Bukit Kanada berada dalam wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung ~ Keuskupan Bogor. Berlokasi 2,5 kilometer di sebelah Timur kota Rangkasbitung, rute jalan raya Rangkasbitung ke arah Bogor. Tidak jauh dari Gua tersebut terdapat Akademi Keperawatan AKPER YATNA YUANA yang dikelola oleh para Suster SFS yang masih dalam satu komplek. SARANA DAN PRASARANA Selain Gua Maria, di sampingnya juga dibangun sebuah kapel kecil untuk pelayanan Perayaan Ekaristi serta area Jalan Salib dengan 14 perhentian yang rutenya mengitari Gua melewati area hutan kecil serta kebun-kebun yang masih bernuansa alami. Selain karena permohonan sebagian besar pengunjung, demi terciptanya hening dan menambah kekhusukkan dalam berdoa berdevosi serta kesegaran yang mampu menjernihkan pikiran, maka keadaan alam sekitarnya tetap dibiarkan tumbuh sebagaimana mestinya untuk tetap menciptakan suasana alami. Saat ini, sarana dan prasarana lainnya yang telah dibangun dan tersedia adalah ¦ saung tempat para peziarah beristirahat, dan Gua Maria “Bukit KaNaDa” memang masih harus merampung-kan banyak hal, antara lain, pembangunan lahan parkir, namun segenap umat menghaturkan puji syukur kepada Tuhan dan juga kepada para donatur yang telah mengusahakan dan mensukseskan pembangunan Gua Maria “Bukit Kanada”. Penutup Pada tanggal 13 Agustus 1988 – dua hari sebelum penutupan Tahun Maria – diadakanlah pemberkatan Gua Maria “Bukit Kanada” dengan Perayaan Ekaristi Agung yang dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono dengan didampingi oleh RD. B. Sudjarwo alm. Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor, dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP. Dalam peresmian Gua Maria, Mgr. Ignatius Harsono memberikan amanat agar “jangan sampai Bunda Maria dibiarkan sendirian”. Menanggapi himbauan Bapak Uskup tersebut, Umat Paroki Rangkasbitung mewujudkan amanat tersebut antara lain dengan cara melakukan kegiatan Devosi setiap minggu oleh masing-masing Lingkungan. Untuk saat ini Umat Paroki Rangkasbitung berusaha mewujudkan amanat tersebut dengan cara mengadakan Misa Bulanan di Gua Maria, dan Novena Paroki St. Maria Tak Bernoda yang dilaksanakan setiap hari Selasa tanggal 8 Oktober sampai dengan 3 Desember 2013. Selain itu, setiap bulan Maria bulan Mei dan bulan Rosario bulan Oktober, para peziarah dari berbagai daerah melakukan devosi. Keberadaan Gua Maria sedikit demi sedikit sudah mulai diakui oleh masyarakat setempat. Tepat pada perayaan Hari Ulang Tahun ke 25 Gua Maria Bukit KaNaDa 18 Agustus 2013, Kepala Desa Jatimulya, Bapak Rusyanto mengkui keberadaan Gua Maria Rangkasbitung, serta mengungkapkan pengakuan dan penghargaannya tentang keberadaan Gua Maria Kanada. Gua Maria Rangkasbitung merupakan aset Desa Jatimulya. Kemudian pada tanggal 31 Oktober 2013 Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lebak dan Ketua FKUB Kabupaten Lebak juga mengakui kehadiran sebagai tempat ziarah bagi umat katolik Rangkasbitung di Gedung Bangkit yang pada saat itu dihadiri oleh RD. B. Gatot Wotoseputro, sebagai Pastor Paroki Rangkasbitung, dan Bapak Jacobus Laba sebagai Ketua Bidang HAK & Kerawam DPP. Pertemuan dengan KPPT Kabupaten Lebak pada Jumat, 22 November 2013, terungkap bahwa sekalipun dari aspek legalitas Gua Maria masih dalam proses, namun Pemerintah Daerah mengapresiasi kehadiran Gua Maria Bukit Kanada sebagai tempat peziarahan umat Katolik dan menjamin akan keamanan dan kenyamanan peziarahan Gua Maria Bukit Kanada. Pertemuan tersebut dihadiri oleh yang pada saat itu dihadiri oleh RD. B. Gatot Wotoseputro, sebagai Pastor Paroki Rangkasbitung, dan Bapak Jacobus Laba sebagai Ketua Bidang HAK & Kerawam DPP dan Bapak Rudy Soerjadi sebagai wakil dari DKP Rangkasbitung. Terungkap pula bahwa keberadaan Gua Maria tidak saja diketahui oleh masyarakat Kab. Lebak dan sekitarnya, tetapi juga ke tingkat nasional dan internasional. Harapan pemerintah agar masyarakat yang ada di sekitar dilibatkan setiap kali ada peziarahan untuk dapat mengambil manfaat dari momen peziarahan tersebut berjualan, parkir dsb. Upaya agar Gua Maria Kanada mendapat tempat di hati masyarakat Kabupaten Lebak bukan hanya dilakukan di level atas’ saja. Di level akar rumput’ pun Gereja Katolik Rangkasbitung secara terus menerus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar, antara lain membangun tempat berjualan yang layak bagi warga masyarakat yang ingin berjualan di sekitar Gua Maria, melakukan bakti sosial berupa pengobatan gratis dan pembagian sembako bagi warga yang tidak mampu, hal-hal lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Upaya tersebut tentunya tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi akan terus berlanjut. Sekali pun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, kami tetap berpegang pada perkataan Rasul Paulus kepada umat di Korintus “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. I Kor 3 6. Semoga Gua Maria “Bukit Kanada” dapat dirasakan manfaatnya sebagai sarana untuk mengembangkan iman serta menguatkan harapan umat dalam mencintai Bunda Maria. PENANGANAN dan PELAYANAN 1. Pengurus yang menangani operasional Gua Maria Bukit Kanada adalah, yaitu Bidang Gua Maria Ziarah yang saat ini diketuai oleh Bapak Thomas Mugiyana. 2. Bagi para peziarah rombongan/pribadi yang bermaksud berkunjung ke Gua Maria Bukit Kanada diharapkan pada beberapa waktu sebelumnya agar mengkonfirmasikan atau mendaftar terlebih dahulu kepada pengurus mengenai jadwal ziarah melalui telepon maupun pada saat survey, selanjutnya mendaftarkan ulang kepada petugas di lokasi pada saat hari kunjungan/ziarah. 3. Pada setiap hari ziarah, di lokasi ada petugas resmi pelayanan ziarah yang telah ditunjuk oleh pengurus. 4. Para peziarah yang hendak merayakan Perayaan Ekaristi Misa, apabila tidak disertai Pastor dapat dilayani oleh Pastor di Paroki Santa Maria Tak Bernoda dengan cara seperti disebutkan pada poin 2. CATATAN BAGI PARA PEZIARAH ¦ Lokasi Gua Maria Bukit Kanada adalah tempat berdoa, oleh karena itu diharapkan dapat memperhatikan hal-hal berikut ini ~ mohon untuk tidak membuat kegaduhan ~ mohon untuk tidak makan dan minum di lokasi tempat Gua dan Kapel. ¦ Area sekitar Gua Maria Bukit Kanada dan rute Jalan Salib adalah masih berupa alam kebun bebas yang masih dihuni oleh binatang liar ular & serangga. Oleh karena harap berhati-hati terutama para peziarah yang akan menginap rekoleksi, dll, serta mohon untuk tidak mengganggu binatang tersebut dan tidak merusak habitatnya. ¦ Rute Jalan Salib masih berpagar sederhana dan bersinggungan langsung dengan komplek penduduk. Apabila para peziarah menemukan kotak sumbangan dana dan semacamnya pada saat melakukan jalan salib, kami ingatkan supaya tidak menghiraukannya. Pengurus tidak pernah meletakkan kotak sumbangan dana di antara rute jalan salib. ¦ Petugas parkir resmi yang ditunjuk oleh pengurus di area Gua Maria Bukit Kanada akan memberikan Tanda parkir resmi kepada para peziarah yang memarkir kendaraannya. JADWAL MISA GUA MARIA BUKIT KANADA X Pembukaan & Penutupan bulan Maria ¦ Akhir September & akhir Oktober pukul WIB ¦ Akhir April & akhir Mei pukul WIB X Misa Pelayanan Ziarah pada bulan Maria pukul WIB ¦ Misa Kedua dengan pemberitahuan terlebih dahulu pukul WIB X Perayaan Ekaristi di luar bulan Maria dengan pemberitahuan terlebih dahulu Konfirmasi ziarah hubungi 0252 201652
JADWALZIARAH DI GUA MARIA STASI MARIA RATU DAMAI DKB 1 Ziarah dalam rangka Bulan Maria 2013. Jumat 24 Mei - Sabtu 25 Mei 2013 Acara khusus buat OMK dan REFRANXA. Sabtu 25 Mei 2013. Pukul 18.30 Sekretariat Paroki FX di 23.13. Kirimkan Ini lewat EmailJAKARTA – Gua Maria Bukit Kanada yang berlokasi di Rangkasbitung, Lebak, Banten, adalah salah satu destinasi ziarah dan wisata religi yang banyak dikunjungi, khususnya oleh umat Katolik dari berbagai gua ini terbilang cukup unik. Gua Maria Bukit Kanada adalah kependekan dari Gua Maria Bunda Kita Kampung Narimbang Dalam, merujuk pada lokasi di mana Gua Maria ini jauh dari keramaian kota, Gua Maria Kanada menyediakan tempat beribadah yang teduh dan hening sehingga merupakan tempat yang tepat bagi orang-orang yang ingin mencari suasana berdoa dengan tenang. Jalan Salib Gua Maria Bukit Kanada di Rangkasbitung. Umat Katolik melalui jalur ini untuk berdoa. - ElenaBerbeda dengan yang lain, Gua Maria Kanada terletak jauh dari kota dan suasananya pun masih sangat alami, masih ada pohon-pohon besar dan terletak di dekat hutan. “Jadi, sangat tenang jika ingin berdoa,” kata Paulus Wigiyono, salah satu pengurus bidang Pelayanan, Sarana, dan Prasarana di Gua Maria Bukit Kanada, pada Selasa 4/8/2018.Fasilitas Gua Maria Bukit Kanada tersedia 24 jam. Oleh karena itu, pengunjung yang ingin ziarah dan berdoa bisa datang kapan saja. Biasanya, gua ini paling ramai didatangi pada akhir pekan dan pada bulan kunjungan yakni Mei dan menuju Rangkasbitung tidaklah sulit ditempuh. Tersedia kereta rel listrik KRL dari Jakarta jurusan Tanah Abang – Rangkasbitung yang hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Sesampainya di Stasiun Rangkasbitung, akan ada angkot yang bisa ditumpangi menuju Gua Maria Bukit Kanada dengan jarak kira-kira 3 Maria ini sudah mengalami banyak perombakan demi kenyamanan pengunjung yang sebelumnya hanya ada bangunan tua, Gua Maria, dan kapel untuk ibadat, kini tersedia dua jalur jalan salib dengan 14 perhentian, dilengkapi dengan diorama perjalanan hidup Yesus Kristus selama di dapat memilih dua jalur, jalur panjang atau pendek. Jika memilih jalur panjang, pengunjung akan lebih banyak menikmati alam dengan mendaki dan menuruni beberapa anak tangga melewati pepohonan pendek diperuntukkan kelompok-kelompok kecil, keluarga yang tidak mau berjalan jauh, dan lansia yang sudah tidak bisa berjalan jauh.“Rencananya juga dibangun rumah retreat untuk pengunjung yang mau menginap karena selama ini banyak pengunjung dari luar kota yang ingin menginap tapi tidak tersedia. Tahun ini mulai dipersiapkan. Kira-kira pembangunannya selesai 1 atau 2 tahun ke depan,” papar bertujuan ziarah dan berdoa, destinasi wisata religi ini juga bisa direkomendasikan untuk orang-orang yang ingin menepi dari keramaian kota atau sekadar ingin mencari tempat bersantai yang hening dan teduh. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PembangunanGua Maria selesai pada tanggal 15 Agustus 1988, di saat Hari Raya Maria diangkat ke Surga, atau bertepatan dengan penutupan Tahun Maria. Dan Gua Maria ini diberkati oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr. Gua ini menjadi sebuah tempat ziarah pertama di Banten. Dan juga menjadi satu dengan Akademi Keperawatan (Akper) Yatna Yuana Rangkasbitung.